Judul Buku : Welcome Home, Rain
Penulis : Suarcani
Penyunting : Midya N Santi
Penerbit : Gramedia Pustaka Tama
ISBN : 978-602-03-7536-6
Cetakan 1 : tahun 2017
304 halaman
“ Kamu tahu apa bedanya mimpi dan ambisi, Ghi?”
Ghi tidak mau lagi menyanyikan Welcome Home, Rain, lagu duet ciptaan
Kei. Sejak pemuda itu memergoki Kei keluar dari kamar hotel dengan bos
perusahaan rekaman terkenal, ia tidak lagi mau berhubungan dengan segala hal
tentang gadis yang menjadi kekasih sekaligus pasangan duetnya. Toh, job
menyanyi masih mengalir deras untuk Ghi yang sudah lebih dulu tenar dan dipuja
banyak orang.
Bagi Kei, skandal itu menutup pintu mimpinya. Bermain piano dan
menyanyi tidak lagi dapat dilakukan tanpa menghadirkan perih di hati. Bahkan
omelan Mama yang setiap hari mengisi hari-hari mereka dalam kemiskinan setelah
Papa bunuh diri tak mampu memaksanya kembali ke dunia musik.
Hingga tawaran duet pada hari valenyine tiba. Baik Ghi ataupun Kei
tidak dapat mngelak. Ghi butuh membuktikan kepada fans dan haters yang
mengejeknya cengeng karena belum bisa move on. Kei butuh uang untuk melunasi
utang mama yang tak sanggup lepas dari hidup mewah.
Dengan kembali berduet di panggung, mereka berusaha memahami arti mimpi
dan ambisi yang sesungguhnya.
Novel keduaku karena pengaruh
para bookstagram dan juga novel kedua dengan pengarang Indonesia. Semakin
kesini ternyata pengarang Indonesia semakin eksis ya, di toko-toko buku
dipenuhi dengan novel-novel Indonesia dengan setting kebanyakan di Indonesia
juga ceritanya juga menarik-menarik. Terus terang aku dulu jarang baca novel
Indonesia (gaya banget ya....) aku merasa ceritanya membosankan hanya sekitaran
Indonesia aja lagi settingnya, tapi sekarang tidak lagi ternyata mengasyikkan
juga kok. Tapi novel terjemahan juga masih suka lo, karena bagiku dengan aku
membaca novel bisa membawaku kemanapun tanpa harus berjalan cukup membayangkan
saja. Aku belum pernah kesana tapi bisa tahu tentang suatu negara karena novel
bacaanku (membaca membawaku berkeliling dunia pokoknya tanpa biaya perjalanan
yang mahal ha ha ha...maklum orang yang belum pernah merasakan jalan-jalan ke
luar negeri sih...)
Novel ini termasuk kategori young
adult romance, yaitu novel remaja yang lebih ke romantisme (walaupun yang baca
sudah termasuk kids jaman old....). Aku masih suka novel genre ini karena
masa-masa ini termasuk masa yang paling banyak konflik, dan kadang bisa untuk
mereview masa remajaku dulu (sedikit mengenang masa lampau hi hi hi...).
Dilihat dari genrenya pasti tak jauh dengan masalah percintaan remaja yang
masih penuh dengan ambisi dan impian. Novel percintaan yang berkisah tentang
ambisi, mimpi, patah hati dan masalah dengan keluarga dan teman.
“Setiap luka itu butuh obat, Ghi.
Termasuk sakit hati. Tapi kalau ngobatinnya saja lo nggak mau, kapan luka lo
akan sembuh. Semakin lo menghindar dari segala hal yang berhubungan dengan Kei,
sakit hati lo akan semakin parah.”
Musik dan percintaan sepertinya
saudara banget ya, soalnya emang pas banget. Musik itu sangat sesuai untuk
menggambarkan suasana hati kita. Apalagi novel ini bercerita tentang patah hati
seorang kekasih yang susah buat move on, mulut bilang sudah tapi hati siapa
tahu. Latar belakang kedua tokoh pemusik.
Kei seorang pianis yang belajar
secara otodidak dari ayahnya sejak kecil, yang akhirnya harus menghadapi dunia
bisnis yang lumayan kejam. Ghi seorang penyanyi yang lebih dulu mendalami dunia
perbisnisan musik dan sangat berambisi dalam hal karirnya. Dua tokoh yang punya
kepribadian berkebalikan yang satu kalem banget menghadapi setiap persoalan
hidup sedangkan yang lainnya selalu penuh dengan ambisi dan menggebu-gebu alias
emosi yang bergejolak.
Diawal baca gregetan banget sama
karakter Kei yang terlalu lemah, terlalu menerma dengan semua perlakuan mamanya
dan orang-orang disetirnya tanpa mau menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.
Kei lebih memilih tutup mulut dan menerima semuanya menelan sendiri
kepahitannya. Tapi setelah baca sampai akhir malah sampai merembes air mataku,
membaca perjuangannya bagaimana dia menghadapi semua persoalan hidupnya disaat
umurnya yang masih muda, umur yang harusnya dipakai untuk mengejar semua
impiannya.
Sebel juga sih sama karakter Ghi
yang suka meluap-luap nggak mau denger omongan orang lagi haduhhh. Apalagi
kalau baca perlakuannya terhadap managernya, Soraya semakin pingin jitak aja
aku. Tapi karena sifat yang selalu bersemangat dan ambisius inilah yang menarik
untuk semakin ingin baca terus ceritanya.
Baca ini juga bisa bikin geli
juga sih kalau pas Soraya mengejek Ghi soal patah hatinya.
“Saat putus cinta, cewek emang
ngerasa lebih sakit, Ghi. Tapi kami cepat pulih, keluar dari rasa sakit dan
bahkan lebih kuat, padahal di dalamnya kalian itu stres, cemas. Rasa kehilangan
kalian lebih dalam ketimbang kami.”
Bener juga sih cewek itu lebih cepet
move on saat terjatuh, bahkan mereka akan semakin kuat saat bangkit
dibandingkan cowok. Jadi harus lebih berhati-hati buat nyakitin cewek. Dan buat
cewek kalian itu bukan makhluk lemah kok sebenarnya kalian itu lebih kuat.
“Mimpi, kamu yang mengejar. Sementara
ambisi, kamu yang dikejar. Mimpi, cita-cita...itu tidak akan pernah lenyap,
bisa kita gapai kapan pun kita mau selama kita berusaha. Tidak peduli hari ini,
besok, ataupun lusa. Mimpi juga tidak akan membuatku berkorban secara ekstrem,
tidak pula membuatku kehilangan hal-hal yang sangat berarti selama aku
mengejarnya.”
Novel rekomen banget buat para
remaja yang sedang mengejar mimpi ataupun patah hati. Bagaimana kita dapat
memahami antara ambisi dan mimpi, antar pengorbanan dan yang dikorbankan.